Contoh Naskah Drama Pendek Asal
Usul Danau Toba
Contoh Naskah Drama Pendek AsalUsul Danau Toba. Buat sobat yang sat ini sedang
mencari dan membutuhklan naskah drama singkat cerita rakyat legenda Danau Toba
silahkan simak selengkapnya di bawah ini. Hanya sekedar info Cerita Rakyat
Danau Toba ini berasal dari Sumatera bagian utara,dan merupakan danau terbesar
kedua di dunia. Dan naskah drama ini diperankan oleh 10 orang pemain. Silahkan simak baik-baik
ceritanya seperti berikut ini;
Cerita Rakyat Asal Usul Danau
Toba
Di sebuah desa di wilayah Sumatera,
hiduplah seorang petani bersama ibunya bernama Toba dan Ibu Toba. Pada malam
hari, Toba bermimpi buruk sekali, dalam mimpinya dia diterkam oleh seekor
harimau, dia pun langsung terbangun, ketika dia sedang memikirkan apa arti dari
mimpi itu, tiba-tiba ibunya batuk dan sesak napas. Toba pergi ke kamar ibunya.
Toba : “Ibu..Ibu.. Ibu kenapa?”
Ibu : “Anakku ibu tidak apa-apa, ibu hanya
sesak napas dan batuk biasa saja, jangan
khawatir.”
Tapi batuk dan sesak napas
yang dialami ibu semakin parah, tadinya batuk biasa menjadi batuk darah.
Toba : “Tidak ibu, ibu sangat kesakitan.”
Ibu : “Anakku tolong ambilkanlah minum untuk
ibu, napas ibu sangat sesak.”
Toba : “Baik ibu (sambil membawa air minum). Ini
bu.”
Ibu : “Anakku ibu sudah tidak tahan lagi,
mungkin ajal ibu sudah dekat.”
Toba : “Ibu jangan tinggalkan Toba sendiri
disini.”
Ibu :
“Anakku kau harus bisa hidup tanpa ibu, kau kan kuat? Kau anak ibu yang
paling
berani. Hiduplah dengan baik.”(
Ibu Toba pun meninggal dunia)
Kini dia hidup seorang diri
dan rajin bekerja walaupun lahan pertaniannya tidak luas. Di suatu pagi yang
cerah, Toba pergi memancing di sungai.
Toba :”Ya Allah. Mudah-mudahan hari ini aku
mendapat ikan yang besar.”
Beberapa saat setelah kailnya
dilemparkan, kail tersebut bergoyang-goyang lalu ia segera menarik kailnya.
Toba :”Terima kasih Tuhan, kau memberikanku ikan
yang besar, dan ikan ini juga indah sekali.
Sisiknya berwarna merah bersinar
seperti emas. Pasti nikmat sekali bila ku makan nanti.
Kunjungi juga:
Toba mencari kayu bakar untuk
membakar ikan yang ditangkapnya hari ini. Ikannya pun dia simpan di dapur.
Ketika ia sedang mencari kayu bakar, tiba-tiba ikan yang ditangkap oleh Toba
berubah menjadi seorang gadis yang cantik jelita, Toba pun datang dengan
membawa kayu bakar. Toba terkejut ketika melihat ikan di ember tidak ada.
Toba : “Aduh dimanakah ikan besar cantik nan
rupawan itu, apakah dia di makan kucing?”
Putri :Tunggu, kau jangan memakan ku. Aku
bersedia menemanimu asal aku tidak kau
makan.
Toba :”Siapa yang bicara itu?.”
Putri : “Jangan takut pak, aku juga manusia sama
seperti engkau. Aku sangat berutang budi
padamu karena kau telah
menyelamatkanku dari kutukan Sang Dewata. Aku bersedia
menjadi istrimu.”
Toba : “Benarkah?”
Putri : “Tentu saja.”
Toba : “Namaku Toba. Mari kita lekas pulang. Aku
sudah tak sabar ingin memberitahukan
bahwa kau akan menjadi
istriku.”
Putri : “Tapi Toba, ada satu hal yang harus kau
rahasiakan tentang diriku. Aku mohon kau
tidak menceritakan asal usulku
yang berasal dari ikan, karena jika masyarakat itu tahu
akan hal tersebut pasti akan
terjadi bencana besar yang melanda desa ini.
Toba : “Baiklah, percayakan semua ini padaku.
Ayo kita pulang.”
Saat mereka memasuki kampung
Pa Toba, ada beberapa orang yang tidak suka akan kehadiran Putri.
Perempuan 1 : “Hei inang, tahu tidak kau itu si Toba
tadi ku tengok membawa pulang seorang
cewe.
Uh..bodinya mantap.”
Perempuan 2 : “Alaah, paling si cewe itu dia guna-guna
biar tertarik padanya. Kau kan tau si
Toba itu BUPUK,
alias Bujang Lapuk.”
Perempuan 1 : “Oh iyayah.. Pintar kali kau ini.”
Perempuan 2 : “Sudahlah, lekas kita pulang jijik aku
melihatnya.”
Putri Mendengar hal tersebut,
tetapi dia mengabaikannya. Mereka pun pulang ke rumah dan menjalankan kehidupan
mereka layaknya sepasang suami istri. Pa Toba merasa bahagia dan tentram.
Setahun kemudian, kebahagiaan Pa Toba dan Putri bertambah karena Putri
melahirkan seorang anak laki-laki dan diberi nama Samosir. Samosir tumbuh
menjadi seorang anak laki-laki yang sehat dan kuat, tetapi agak nakal. Ia
mempunyai kebiasaan yang aneh, yaitu selalu merasa lapar dan ia juga selalu
membuat jengkel kedua orangtuanya karena ia tidak pernah mau membantu pekerjaan
orang tuanya.
Toba : “Ibu, mana makan siang untukku?”
Putri : “Tadi sudah kusiapkan di atas meja. Wah
Samosir, ke mana makanan tadi?”
Samosir : “Sudah kuhabiskan
bu. Kan saya ini masih dalam masa pertumbuhan. Sekarang pun
sebenarnya aku masih lapar,
tapi sudahlah, aku pergi bermain dulu ya bu.”
Toba : “Samosir. Ah ibu ini selalu saja
memanjakan dia, saya ini lapar bu.
Putri : “Sabar ya pak, ingatlah dia kan buah hati
kita satu-satunya. Jangan sampai hal sepele
seperti ini membuatmu emosi.”
Toba : “Ya sudahlah bu. Buatkan aku makanan
sajalah, perutku sudah lapar sekali.”
Putri : “Tunggulah, aku akan membuatkannya.”
Toba masih bisa menahan
kesabarannya. Namun kesabaran seseorang itu pasti ada batasnya. Sampai suatu
ketika Toba tidak dapat menahan amarahnya.
Putri : “Samosir, Bantu ibu nak.”
Samosir : “Apa bu. aku sedang
asyik bermain nih.”
Putri : “Bawakan bekal ini untuk bapamu di sawah.
Kasihan dia sudah menunggu.”
Samosir : “Ah, ibu sajalah
yang pergi.”
Putri : “Ibu sedang masak Samosir. Cepatlah kau
antarkan, nanti bapamu marah.”
Samosir : “Ah ibu ini,
menggangguku saja. Sini!”
Dari awal Samosir memang sudah
tidak berniat mengantarkan makanan tersebut. Sesampainya di pertengahan jalan.
Samosir : “Jalan ke sawah saja
sudah membuatku lelah, lebih baik kumakan saja bekal bapa ini.”
Tanpa sadar bekal tadi telah
habis dimakan oleh Samosir. Lalu dengan perasaan tak bersalah, Samosir pun
pulang dan melanjutkan permainannya. Bapanya yang sudah kepanasan dan kelaparan
menunggu memutuskan untuk pulang. Sesampainya di rumah.
Toba : “Bah, lapar kali aku. Enak kali kalau aku
makan masakan istriku.”
Toba : (membuka tudung saji lalu mengerenyitkan
dahi) “ Samosir! Kau kemanakan semua
makanan masakan Ibu kau?”
Samosir : “Sudah Samosir
habiskan lah, bapa. Ketika sedang mengantarkan makanan bapa aku
memakannya, karena
perjalanan ke sawah sangat melelahkan ”
Toba : “Dasar anak ikan! Rakus kali kau!”
(geram)
Samosir menangis, lalu berlari
pergi menemui ibunya di ladang.
Putri : “Mengapa kau menangis anakku?” (bingung
melihat anaknya menangis)
Samosir : “Ibu, benarkah aku
ini adalah seorang anak ikan?”
Putri : “Siapa yang berkata padamu, Nak?”
(terkejut)
Samosir : (diam sambil
tersedu-sedu)
Putri : “Jawab ibu, Nak!”
Samosir : “Bapa yang berkata
itu padaku, Ibu. Bapa bilang aku adalah seorang anak ikan,
makanya aku rakus. Benarkah
itu Ibu? Bapa bohongkah Ibu?”
Putri : (diam dan mulai menitikkan air mata)
“Iii…ya Samosir, Bapamu itu benar sekali. Kau
adalah anak ikan. Ibumu ini
adalah seekor ikan sebelum Ibu menikah dengan Bapa.”
Putri : “Sekarang, Ibu minta kau untuk tidak
mempedulikan perkataan Bapamu.
Segeralah pergi mendaki bukit
yang terletak tidak begitu jauh dari rumah kita
dan kau harus memanjat pohon kayu
tertinggi yang terdapat di puncak bukit
itu.”
Samosir: “Baik, Bu!”
Tiba- tiba ada suara yang
muncul dari langit.
Suara Gaib :
“Huahahaha..Suamimu sudah melanggar janjinya. Sekarang kamu tidak bisa hidup
dimuka bumi ini. Kau
harus meninggalkan muka bumi ini. Kau harus kembali ke
tempat asal kau yaitu
ke sungai kembali menjadi ikan. Kau tidak berhak lagi tinggal
disini. Cepat lah kau
pergi ke sungai!”
Setelah mendengar suara gaib,
seketika itu juga Samosir dan Putri lenyap tanpa jejak dan bekas. Tiba-tiba
langit menjadi gelap dan turun hujan yang sangat deras disertai petir.
Masyarakat 1 : “ Ada apa ini?”
Masyarakat 2 : “ Aku tidak
tahu, !”
Masyarakat 1 : “Tidak biasanya
hujan deras seperti ini.”
masyarakat 2 :”Aku rasa akan
terjadi bencana yang sangat dasyat menimpa desa kita”
Masyarakat 1 : “Ya benar, lama
kelamaan desa kita akan tenggelam. Ayo kita pergi ke tempat
yang lebih tinggi.”
Masyarakat 2:” Ayo.”
Masyarakat 1: “Tapi
semuanya telah sia-sia, kita sudah
terlambat sungai di desa kita akan
meluap dikarenakan
hujan deras ini. tak lama lagi, air sungai di desa kita akan
menggenangi desa
ini.”
Contoh Naskah Drama Pendek Asal Usul Danau Toba. Akhir cerita, setibanya Putri
di tepi sungai, mendadak langit menggelap, kilat menyambar disertai bunyi guruh
yang menggelegar. Putri kemudian melompat ke dalam sungai. Ia berubah menjadi
seekor ikan besar lagi. Toba tak bisa menyelamatkan dirinya, ia mati tenggelam
oleh genangan air. Lama-kelamaan, genangan air itu semakin luas dan berubah
menjadi danau yang sangat besar. Di kemudian hari, orang-orang menyebutnya
Danau Toba dan pulau kecil yang berada di tengah-tengahnya dinamai Pulau
Samosir. Selesai