Kumpulan Contoh
Materi Kultum Jagalah Dirimu dan Keluargamu dari Api Neraka Bag.3
Kumpulan ContohMateri Kultum Jagalah Dirimu dan Keluargamu dari Api Neraka Bag.3 Penjagaan Rasulullah SAW
terhadap Keluarganya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai uswah
hasanah bagi orang-orang yang beriman telah memberikan arahkan dan peringatan
kepada kerabat beliau dalam rangka menjaga mereka dari api neraka. Tatkala
turun perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam ayat: “Berilah peringatan kepada
kerabatmu yang terdekat.” (Asy Syu’ara: 214)Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam mendatangi bukit Shafa dan menaikinya, lalu menyeru manusia untuk
berkumpul. Maka orang-orang pun berkumpul di sekitar beliau. Sampai-sampai yang
tidak dapat hadir mengirim utusannya untuk mendengarkan apa gerangan yang akan
disampaikan oleh Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam kemudian memanggil kerabat-kerabatnya, “Wahai Bani Abdil
Muththallib! Wahai Bani Fihr! Wahai Bani Lu’ai! Apa pendapat kalian andai aku
beritakan kepada kalian bahwa ada pasukan berkuda dari balik bukit ini akan
menyerang kalian. Adakah kalian akan membenarkan aku?” Mereka serempak
menjawab, “Iya.” Beliau melanjutkan, “Sungguh aku memperingatkan kalian sebelum
datangnya azab yang pedih.” (HR Al-Bukhari dan Muslim dari hadits Ibnu ‘Abbas
radhiyallahu ‘anhuma). Aisyah radhiyallahu ‘anha memberitakan bahwa ketika turun
ayat di atas, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bangkit seraya berkata,
“Wahai Fathimah putri Muhammad! Wahai Shafiyyah putrid Abdul Muththalib! Wahai
Bani Abdil Muththalib! Aku tidak memiliki kuasa sedikit pun di hadapan Allah
Subhanahu wa Ta’ala untuk menolong kalian kelak. (Adapun di kehidupan dunia
ini) maka mintalah harta dariku semau kalian.” (HR. Muslim)
Al-Imam Muslim radhiyallahu
‘anhu meriwayatkan dari hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha, istri Nabi
Shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa bila hendak shalat witir, beliau
Shallallahu ‘alaihi wasallam membangunkan Aisyah radhiyallahu ‘anha. Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri telah bersabda dalam hadits yang
diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad rahimahullahu: “Semoga Allah merahmati seorang
lelaki yang bangun di waktu malam lalu mengerjakan shalat dan ia membangunkan
istrinya lalu si istri mengerjakan shalat. Bila istrinya enggan untuk bangun,
ia percikkan air di wajah istrinya. Semoga Allah merahmati seorang wanita yang
bangun di waktu malam lalu mengerjakan shalat dan ia membangunkan suami lalu si
suami mengerjakan shalat. Bila suaminya enggan untuk bangun, ia percikkan air
di wajah suaminya.” (Sanad hadits ini shahih kata Asy-Syaikh Ahmad Syakir
rahimahullahu dalam tahqiqnya terhadap Al-Musnad). Ummu Salamah radhiyallahu
‘anha mengabarkan, suatu malam Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam
terbangun dari tidur beliau. Beliau pun membangunkan istri-istri beliau untuk
mengerjakan shalat. Kata beliau: “Bangunlah, wahai para pemilik kamar-kamar
(istri-istri beliau yang sedang tidur di kamarnya masing-masing)!” (HR.
Al-Bukhari) Tidak luput pula putri dan menantu beliau juga mendapatkan
perhatian beliau. Suatu malam, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam
mendatangi rumah Ali dan Fathima radhiyallahu ‘anhuma. Beliau berkata,
“Tidaklah kalian berdua mengerjakan shalat malam?” (HR. Al-Bukhari dan Muslim
dari hadits ‘Ali radhiyallahu ‘anhu)
Jagalah Dirimu dan Keluargamu
dari Api Neraka (Bagian Ketiga): Suami sebagai Kepala Rumah Tangga Seorang
suami sebagai kepala rumah tangga selain menjaga dirinya sendiri dari api
neraka, ia juga bertanggung jawab menjaga istri, anak-anaknya, dan orang-orang
yang tinggal di rumahnya. Salah satu cara penjagaan diri dan keluarga dari api
neraka adalah bertaubat dari dosa-dosa. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah
kalian kepada Allah dengan taubat nashuha. Mudah-mudahan Rabb kalian
menghapuskan kesalahan-kesalahan kalian dan memasukkan kalian ke dalam
surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah
tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersamanya, sedang cahaya
mereka memancar di depan dan di sebelah kanan mereka, seraya mereka berdoa,
‘Wahai Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami,
sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu’.” (At-Tahrim: 8)
Seorang suami sekaligus ayah
ini bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan sebenar-benarnya, taubat
yang murni, kemudian ia membimbing keluarganya untuk bertaubat. Taubat yang
dilakukan disertai dengan meninggalkan dosa, menyesalinya, berketetapan hati
untuk tidak mengulanginya, dan mengembalikan hak-hak orang lain yang ada pada
kita. Taubat yang seperti itu tentunya menggiring pelakunya untuk beramal
shalih. Buah yang dihasilkannya adalah dihapuskannya kesalahan-kesalahan yang
diperbuat, dimasukkan ke dalam surga, dan diselamatkan dari kerendahan serta
kehinaan yang biasa menimpa para pendosa dan pendurhaka.
Seorang kepala rumah tangga
menerapkan perkara ini dalam keluarganya, kepada istri dan anak-anaknya. Ia
punya hak untuk memaksa mereka agar taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan
tidak berbuat maksiat, karena ia adalah pemimpin mereka yang akan dimintai
pertanggungjawaban di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala kelak dalam urusan
mereka, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam,
“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap
kalian akan ditanya tentang apa yang dipimpinnya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim
dari hadits Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma)
Ia harus memaksa anaknya
mengerjakan shalat bila telah sampai usianya, berdasar sabda Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam:
“Perintahkan anak-anak kalian untuk
mengerjakan shalat ketika mereka telah berusia tujuh tahun dan pukullah mereka
bila enggan melakukannya ketika telah berusia sepuluh tahun serta pisahkanlah
di antara mereka pada tempat tidurnya.” (HR. Abu Dawud dari hadits Abdullah
ibnu ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma, dikatakan oleh Al-Imam Al-Albani rahimahullahu
dalam Shahih Abi Dawud, “Hadits ini hasan shahih.”)
Allah Subhanahu wa Ta’ala
telah berfirman:
“Perintahkanlah keluargamu untuk mengerjakan
shalat dan bersabarlah dalam mengerjakannya.” (Thaha: 132)
Seorang ayah bersama seorang
ibu harus bekerja sama untuk menunaikan tanggung jawab bersama anak, baik di
dalam maupun di luar rumah. Anak harus terus mendapatkan pengawasan di mana
saja mereka berada, dijauhkan dari teman duduk yang jelek dan teman yang rusak.
Anak diperintahkan untuk mengerjakan yang ma’ruf dan dilarang dari mengerjakan
yang munkar.
Orangtua harus membersihkan
rumah mereka dari sarana-sarana yang merusak berupa video, film, musik, gambar
bernyawa, buku-buku yang menyimpang, surat kabar, dan majalah yang merusak.
Hendaknya ia tahu bahwa neraka
itu dekat dengan seorang hamba, sebagaimana surga pun dekat. Nabi Shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda:
“Surga lebih dekat kepada salah seorang dari
kalian daripada tali sandalnya dan neraka pun semisal itu.” (HR. Al-Bukhari
dari hadits Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu)
Maksud hadits di atas, siapa
yang meninggal di atas ketaatan maka ia akan dimasukkan ke dalam surga.
Sebaliknya, siapa yang meninggal dalam keadaan bermaksiat maka ia akan
dimasukkan ke dalam neraka. (Al-Khuthab Al-Minbariyyah, 2/217)
Bagaimana seseorang dapat
menjaga keluarganya dari api neraka sementara ia membiarkan mereka bermaksiat
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan meninggalkan kewajiban?
Maka, marilah kita berbenah
diri untuk menjaga diri kita dan keluarga kita dari api neraka. Bersegeralah
sebelum datang akhir hidup kita, sebelum datang jemputan dari utusan Rabbul
Izzah, sementara kita tak cukup ‘bekal’ untuk bertameng dari api neraka, apatah
lagi meninggalkan ‘bekal’ yang memadai untuk keluarga yang ditinggalkan.
Allahumma sallim! sumber media online